SEUSAI PILKADA PADANG

Oleh: Bustami Narda

(Penulis buku “Kursi Kekuasaan”)

 

            Pencoblosan Pemilihan Kepala Daerah(Pilkada) Kota Padang untuk kepemimpinan Walikota-Wakil Walikota periode 2008-2013, telah berlangsung, Kamis(23/10). 

            Pelaksanaanya sukses. Jika ada ditemui kekeliruan di lapangan, itu adalah hal yang wajar dalam sebuah proses Pilkada. Sebab proses pelaksanaan Pilkada adalah proses politik yang melibatkan masyarakat banyak. Khusus untuk Pilkada sebesar Kota Padang yang merupakan sebuah ibu kota provinsi, agaknya tak berlebihan jika kita katakana Pilkada ini cukup aman dan lancar.

            Kini, proses perjalanan Pilkada Padang telah akan sampai kepada tahap pengumuman pemenang secara resmi oleh Komisi Pemilihan Umum(KPU) Kota Padang. Tanpa mendahului pengumuman resmi tersebut, publik kini mungkin sudah dapat mengetahui pemenangnya. Pasangan nomor 3; Drs. H. Fauzi Bahar, MSi- H. Mahyeldi Ansyarullah, SP tampaknya hampir dipastikan keluar sebagai pemenang.

            Sebagai ilustrasi, kelihatan ramalan-ramalan yang memprediksi Fauzi Bahar akan mengukir sejarah sebagai seorang Walikota Padang yang hanya satu kali periode, yang merupakan pemecah rekor atas para pendahulunya yang umumnya dua kali periode, rebah kuda alias tak tepat. Akan tetapi Yusman Kasim-lah kemungkinan yang akan keluar sebagai pemecah rekor Wakil Walikota satu kali periode. Dia pulalah Wakil Walikota Padang pemecah rekor gagal menjadi Walikota(untuk periode sekarang). Alasan untuk keduanya ini, tak lain adalah karena memang Yusman Kasim adalah Wakil Walikota Padang pertama. Sebelumnya Padang tak punya wakil walikota. Jadi, Yusman merupakan Wakil Walikota Padang pertama, Wakil Walikota Padang pertama yang maju mencalonkan diri menjadi walikota dan Wakil Walikota Padang pertama pula  yang kalah dalam pencalonan jadi walikota.

            Namun terlepas dari semua itu, seusai Pilkada ini nanti, kemajuan pembangunan Kota Padang ke depan, sungguh sangat turut ditentukan setiap pasangan calon yang baru saja meng-adu kekuatan di medan laga politik Kota Padang ini.

            Mengapa demikian ?  Sebab para putra terbaik kita ini  adalah telah merupakan seorang tokoh yang memiliki pendukung, yang otomatis akan dapat secara garis emosional mereka dorong untuk turut memajukan kota ini ke depan.  Namun yang jelas, sebagai seorang tokoh, jelaslah para mantan calon Walikota-Wakil Walikota Padang sekarang ini merupakan asset  kemajuan Kota Padang yang tidak ternilai tinggi artinya.

            Karena itu, bagi kepemimpian Fauzi Bahar dan wakilnya Mahyendi Ansyarullah, amat penting keempat pasangan calon lainnya ini memberikan dukungan demi kemajuan kota ini ke depan. Kalaupun ada yang tasamek-samek di hati, takilan-kilan di mato, kita yakin bahwa  tentu para tokoh kita ini akan menelannya saja secara diam-diam, demi kemajuan Kota Padang ke depan, demi masyarakat banyak, demi kepentingan umum dan demi kebesaran jiwa serta rasa kenegarawanan mereka yang demikian tinggi.

            Sebab, mengingat masyarakat Kota Padang yang agaknya telah lelah oleh proses Pilkada Kota Padang yang sudah berlangsung demikian panjang. Sehabis proses Pilkada ini, sesuai dengan tahapan-tahapan yang telah dilalui dan tinggal beberapa langkah lagi menjelang sampai kepada acara pengambilan sumpah dan pelantikan walikota-wakil walikota periode 2008-2013 oleh Gubernur Sumbar atas nama Presiden RI, masyarakat Kota Padang tentu tak ingin disibukkan lagi oleh persoalan-persoalan politik yang seakan-akan telah mengenyampingkan persoalan yang amat urgen harus mereka tangani, yakni persoalan ekonomi berkaitan dengan kelangsungan hidup mereka dari hari ke hari.

            Masyarakat kita yang sehari-hari berdagang, mereka ingin 100 persen pikiran dan tenaganya untuk berdagang dan tak ingin dirintang lagi oleh persoalan politik yang memang itu profesinya, demikian juga dengan masyarakat yang sehari-hari bekerja sebagai petani, pegawai negeri dan swasta, pengamen, pengemis, buruh, pelajar, mahasiswa dan lain sebagainya.

            Jadi, seusai Pilkada Padang ini, yang penting agaknya bagi masyarakat, mereka hidup dalam ketenangan, dalam kenyamanan, ketentraman, sehingga makin hari taraf hidup mereka semakin meningkat.

            Kita kini tentu bisa merenungkan, betapa makin terhimpitnya masyarakat oleh berbagai tekanan ekonomi yang selalu tubi bertubi. Bayangkan, belum lagi badai krisis multi dimensi di negeri ini bisa dikatakan pulih, gelombang krisis global yang berasal dari negara adi daya Amerika Serikat telah terasa pula imbasnya ke tengah-tengah kita. Sungguh telah teramat menderita benar masyarakat kita. Karenanya, alangkah kasihannya kita, jika mereka sampai kecapekan pula oleh riuh gemuruh suasana politik yang pada hakekatnya tak akan bisa dielakkan dari perebutan kursi, yang lebih dikenal dengan “Kursi Kekuasaan”. Tak berlebihan agaknya kalau saat ini dengan berbekalkan kebesaran jiwa, kita ulurkan tangan kepada Fauzi Bahar-Mahyeldi yang telah berhasil menang telak dengan perolehan suara 51,50 persen, sesuai hasil penghitungan sementara, sambil mengucapkan, “Selamat pak Fauzi-Mahyeldi !” Semoga !

SETELAH KAMARDI RAIS PERGI

Oleh: Bustami Narda

 

            SEORANG wartawan sejati, H. Kamardi Rais, Dt. P. Simulie telah pergi. Ia meninggal di ruang Cenderawasih I, Rumah Sakit Selasih Padang karena sakit, Sabtu, Tangggal 25 Oktober 2008 pukul 22.20 Wib. Dalam usia 75 tahun.

            Kamardi Rais, dengan senyum khasnya, dengan kewibawaannya, dengan keluasan wawasannya dan dengan kerendahhatiannya yang amat mengagumkan, telah pergi kea lam baqa bersama profesi wartawan yang selama ini telah setia ia bawa kian kemari.

            Bukti dari kesetiaan seorang Kamardi Rais kepada profesi wartawan yang disandangnya,kendatipun telah seabrek profesi dan jabatan lain yang ia pikul, namun profesi yang satu ini tak pernah dilepaskannya.

            Sebut saja, Kamardi Rais telah pernah menjadi anggota DPRD Sumbar, telah pula dipercaya menjadi Ketua Umum Pucuk Pimpinan Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau(LKAAM) Sumbar dan sejumlah jabatan penting yang lainnya, namun dia tetap menjadi wartawan. Dia tetap aktif menulis. Dia tetap memberi ceramah jurnalistik di berbagai kesempatan.

            Dan satu hal lagi yang mungkin patut diingat terus menerus dari Kamardi Rais dari sisi profesinya sebagai seorang wartawan; ketika profesi wartawan agak sedikit runyam karena orang bisa saja menyebut dirinya wartawan kendatipun sama sekali belum pernah menulis atau tak memiliki media massa tempatnya bekerja, yang hanya memegang selembar kartu pers tapi tak pernah menulis, begitu kran demokrasi terbuka luas di saat reformasi muncul dan SIUPP(Surat Izin Usaha Penerbitan Pers) tak diperlukan lagi untuk mendirikan sebuah media massa, Kamardi tak malu menyebut dirinya wartawan.

            Menanggapi hal ini, ketika terlibat da;lam suatu dialog dengan saya di rumahnya, Batang Kabung Padang di suatu pagi yang cerah, sambil kami minum kopi berdua, menurut Kamardi Rais, profesi wartawan itu berkait erat dengan sebuah keterampilan menulis. Bagaimanapun seseorang mengaku-ngaku wartawan atau mengatakan dirinya wartawan dengan hanya sekadar berbekalkan selembar kartu pers, tak akan bertahan lama. Sebab bukti dari seorang memegang profesi wartawan bukan cukup hanya dengan selembar kartu pers, tetapi harus diiringi denganm kemampuannya menulis yang bisa dibaca, ddengar dan dilihat  masyarakat di media tempatnya bekerja. “Kamu tak perlu malu mengatakan dirimu seorang wartawan, Bus di tengah-tengah profesi kita agak tercoreng di mata masyarakat akhir-akhir ini. Sebab kamu akan dibedakan masyarakat dengan orang yang menjadi wartawan hanya sekadar berbekalkan selembar kartus pers saja, yang tanpa ada hasil karyanya di media massa. Menjadi seorang wartawan itu punya proses. Tak bisa hanya sekali jadi. Tak sama dengan menjadi seorang Pegawai Negeri Sipil(PNS), yang begitu SK keluar bisa langsung menyandang prediket sebagai PNS. Tak membuat satu titikpun di tempatnya bekerja, tak jadi persoalan. Yang penting ada SK di tangannya”, kata Kamardi Rais. Saya mengangguk-angguk menerima wejangan beliau.

            Satu hal lagi yang agaknya patut kita teladani dari Kamardi Rais tentang profesinya sebagai seorang wartawan, kendatipun dia sudah bisa dikatakan “Engku”-nya wartawan, namun ketika bertemu dengan wartawan-wartawan muda, tak ada senitikpun terlintas di wajahnya bahwa dia seorang senior sedanng berhadapan dengan seorang yunior. Dia tetap membawakan diri seperti seorang wartawan sedang bercengkrama dengan sesama wartawan yang seangkatan dengannya. Senyum ramahnya, garah-nya yang kadang mengocok perut, tetap tampil  penuh bersahabat.

            Dalam hal ini menurut Kamardi Rais kepada saya suatu kali, yang membedakan seorang wartawan dengan wartawan lain bukan kemampuannya memberat-beratkan badan, meninggi-ninggikan wibawa, mengelam-ngelamkan wajah, tetapi adalah dari sisi kemampuannya menulis, dari sisi luas dan sempitnya wawasannya. “Apa gunanya wibawa dibuat-buat, kalau menulis tak bisa, kalau berbahasa Indonesia saja tidak lurus. KJ itu anak muda. Umurnya jauh sekali di belakang saya. Tapi saya harus akui dia karena kemampuannya menulis. Dia sudah menulis beberapa buku dengan umur yang demikian masih muda ”, katanya sembari tersenyum dan menghirup air kopi yang sedikit masih berasap, mencontohkan kepada Khairul Jasmi yang sekarang Pemred Harian Singgalang. “Wartawan itu bukan untuk ditakuti orang, tetapi untuk disegani”, tambah Kamardi Rais lagi.  

            Kini setelah Kamardi Rais pergi, pergi untuk selamanya, yang tak akan pernah kembali lagi bersama kita, agaknya taklah berlebhan kalau kita yang ditinggalkannya mengenangnya dengan cara meniru meneladani sifat dan kemauan kerasnya pada profesi wartawan yang ia geluti. Biarlah dia bawa profesi wartawan yang melekat pada dirinya ke liang lahat, ke alam baqa. Namun keteladananya harus kita ambil, kita jadikan bantal di malam hari dan tongkat di siang hari. Selamat jalan guruku, selamat jalan seniorku. Semoga nasehat dan pelajaran yang engkau berikan kepadaku, kepada kami semasa hidupmu, akan menjadi amal saleh bagimu, sehngga pak Datuk mendapat tempat yang layak di sisi-Nya. Amin!!